Negosiasi Gaji: 12 Langkah Praktis yang Harus Kamu Lakukan

Mungkin kamu berpikir, ‘Apakah boleh negosiasi gaji?’. Jawabannya: tentu saja. Negosiasi gaji merupakan hal yang lumrah, namun banyak orang di Indonesia masih ragu untuk melakukannya. Berikut kita akan membahas tips sukses negosiasi gaji dalam 12 langkah praktis.

Ivy Vilory
Ivy Vilory

Mungkin kamu berpikir, ‘Apakah boleh negosiasi gaji?’. Jawabannya: tentu saja. Jika didukung dengan alasan yang logis dan cara yang tepat, negosiasi gaji dapat berdampak positif untuk karirmu bahkan perusahaan tempat kamu bekerja. Berikut kita akan membahas tips sukses negosiasi gaji dalam 12 langkah praktis.

source: www.canva.com

Negosiasi gaji merupakan hal yang lumrah dilakukan, namun banyak orang di Indonesia masih ragu untuk melakukannya. Ada yang takut kehilangan kesempatan tawaran kerjanya, ada juga yang merasa ga enakan karena takut dianggap lancang. Padahal negosiasi gaji adalah hak semua pekerja, baik yang baru mendapat tawaran kerja maupun karyawan yang sudah bekerja lama di perusahaan itu. Uang memang bukanlah segalanya dalam bekerja; ada aspek aktualisasi diri, penghargaan, mentorship, pengalaman, ilmu, dan lain sebagainya. Namun, someone has to pay the bills betul?

Anda tidak mendapatkan apa yang pantas Anda dapatkan, Anda mendapatkan apa yang Anda negosiasikan.

Negosiasi gaji pada dasarnya adalah menemukan titik temu antara apa yang kamu harapkan dengan apa yang perusahaan bisa sediakan. Tujuan akhirnya adalah menemukan win-win solution untuk kedua belah pihak. Berikut kita akan membahas 12 langkah praktis  seorang pekerja dapat mempersiapkan win dari sisinya:

PART 1 - Menentukan Gaji

1.Pelajari pekerjaannya

Langkah pertama adalah memahami perusahaan, job title dan job description agar bisa menentukan komparasi yang sesuai. Jabatan yang sama bisa bertanggung jawab atas hal yang berbeda tergantung perusahaannya (Cek artikel “A day in the Life of Digital Marketing Specialist ini).

source: www.canva.com

Jika kamu sedang di tahap lamaran kerja, coba telusuri jawaban dari pertanyaan ini: Apa saja yang menjadi tanggung jawab kamu? Apakah kamu hanya fokus di satu spesialisasi seperti performance marketing saja? Atau kamu harus menangani semua channel digital marketing? Seberapa besar skala perusahaannya? Di lain sisi, jika kamu sudah bekerja, apakah tanggung jawab pekerjaanmu sudah jauh melampaui dari yang sebelumnya? Apakah kamu sudah memberikan performa yang baik selama bekerja beberapa bulan ini? Mengidentifikasi hal seperti ini akan membantumu di tahap berikutnya, yaitu riset.

2. Riset harga pasar

Negosiasi akan lebih persuasif jika argumen menggunakan data, maka carilah informasi tentang rata-rata gaji untuk posisi yang kamu inginkan. Ada beberapa pendekatan yang bisa kamu lakukan:

  • Upah daerah

Perlu diingat bahwa setiap daerah di Indonesia memiliki Upah Minimum Provinsi (UMP) yang berbeda. Maka periksalah UMP lokasi perusahaan agar dapat mengira-ngira batasan gaji yang akan dinegosiasikan. Misalkan, perusahaan di Jakarta memiliki UMP lebih tinggi dari Yogyakarta maka kamu bisa negosiasi di angka yang lebih tinggi juga. Cek daftar UMP 2021 di sini.

Catatan: Dalam beberapa kasus remote working, pekerja justru memanfaatkan hal ini dengan bekerja di perusahaan dengan lokasi UMP lebih tinggi dari daerah tinggalnya. Misalkan salah satu alumni RevoU, Eci yang tinggal di Surabaya namun bekerja di perusahaan Singapura.

  • Upah jabatan

Cari informasi terkait upah untuk posisi tersebut di skala perusahaan yang serupa. Memang informasi ini cukup sulit didapatkan di Indonesia. Cara yang bisa kamu lakukan adalah secara aktif membangun relasi dan networking di industri bidang kamu bekerja. Setelah itu kamu bisa bertanya dengan teman yang bekerja di area perusahaan tersebut. Ini adalah cara yang dilakukan oleh komunitas digital marketing RevoU untuk mengetahui apakah upah kita sudah sesuai dengan standar pasar. Jika tetap kesulitan, kamu memperkirakan dari Laporan Gaji Indonesia 2020 di sini.

3. Ketahui value dirimu

Setelah mengetahui harga pasar, berikutnya adalah mengevaluasi kemampuan dirimu. Apakah kamu memiliki nilai tambah yang dapat berkontribusi pada kemajuan perusahaan? Nilai tambah dapat berupa keterampilan maupun pengalaman, misalkan seorang copywriter yang menguasai beberapa bahasa bekerja di perusahaan multinasional atau seorang product manager yang menguasai SEO bekerja di perusahaan customer retention. Nilai tambah ini juga menguntungkan bagi perusahaan, karena keterampilanmu juga akan berdampak positif pada produktifitas kantor bahkan mengurangi cost untuk jasa tambahan. Di sisi lain, jika kamu adalah karyawan tetap yang ingin naik gaji maka buatlah daftar pencapaian kerjamu secara rinci dan terukur sebagai bukti kinerja yang optimal. Jadikan ini sebagai landasan untuk bernegosiasi sehingga perusahaan tidak ragu untuk memberikan apresiasi yang lebih.

4. Catat biaya terkait pekerjaan

source: www.freepik.com

Apakah kamu mengeluarkan biaya transportasi untuk ke kantor? Atau biaya internet untuk bekerja di rumah? Atau mungkin kamu mengikuti berbagai kursus untuk meningkatkan performa kerja di kantor? Ini merupakan hal yang perlu kamu catat karena sifatnya termasuk business expense” untuk menunjang performa kerja. Jika kamu menghabiskan gajimu untuk hal ini sampai tidak menikmati uang untuk “personal expense”, maka kamu harus menegosiasikan solusi yang terbaik dengan atasanmu.

Catatan: Jangan pernah menggunakan alasan yang terkait dengan permasalahan personal yang tidak berhubungan dengan perusahaan. Misalkan: cicilan rumah, cicilan mobil, hutang, dsb.

5. Tentukan range angka gaji

Gunakan seluruh data ini untuk menentukan range gaji yang kamu inginkan. Disarankan untuk menggunakan kisaran dibandingkan angka pasti (misalkan: Rp6.000.000-8.000.000). Jadikan angka atas sebagai jumlah ideal yang kamu inginkan, dan angka bawah sebagai angka minimum sesuai perhitunganmu. Jika setelah negosiasi perusahaan menawarkan di bawah angka minimum, kamu bisa mempertimbangkan kembali apakah ini adalah perusahaan yang tepat untukmu.

PART 2 - Mempersiapkan Argumen

6. Pilih waktu dan media yang tepat

Jika kamu di tahap melamar pekerjaan, maka waktu yang paling tepat adalah 1-2 hari setelah menerima offering letter. Jangan membiarkan perusahaan menunggu terlalu lama. Perhatikan media yang sering digunakan oleh rekruter untuk berkomunikasi dan gunakan media tersebut, seperti email atau telepon. Bahkan, salah satu alumni RevoU pernah bernegosiasi via whatsapp.

Jika kamu karyawan yang ingin menaikkan gaji, pilihlah waktu saat performa dan pencapaian kamu sedang berada di puncak dan perusahaan merasakan dampak positif dari kinerjamu. Ketika sudah bekerja di kantor, maka lebih baik untuk melakukan negosiasi dengan tatap muka agar menunjukkan rasa menghargai.

source: www.canva.com

7. Persiapkan poin pembicaraan

Gunakan data yang kamu dapatkan dari tahap pertama untuk menjadi poin pembicaraan/argumen yang akan kamu sampaikan. Berikut adalah contoh dari salah satu alumni RevoU:

Hal yang bisa kita pelajari dari email ini adalah

  • Awali email dengan mengucapkan terima kasih dan berikan apresiasi pada perusahaan
  • Sebutkan gaji yang diinginkan
  • Jelaskan alasan dari angka tersebut. Alumni ini menjelaskan tentang salary package di pekerjaan sebelumnya, perbandingan dengan standar gaji umum, biaya untuk pajak, dan biaya tambahan untuk pembelajaran
  • Tutup percakapan dengan mengatakan bahwa kamu terbuka untuk diskusi lebih lanjut

8. Minta feedback dari rekan

Sebelum mengirimkan email atau membahas negosiasi dengan atasan, mintalah masukan dari rekan kerja maupun orang yang lain yang kamu anggap kredible. Jika negosiasi dijalankan langsung, berlatihlah setidaknya sekali agar bisa menambah kepercayaan diri. Sebelum bernegosiasi, siswa RevoU biasa berkonsultasi dengan career coach untuk membantu mengarahkan ke jawaban yang tepat agar bisa mendapatkan hasil yang diinginkan.

PART 3 - Melaksanakan Negosiasi

9. Percaya diri dan berterima kasih

Selain dari data, percakapan tentang negosiasi akan sangat dipengaruhi dengan attitude dari sang pelamar. Karena ini adalah sesuatu yang kamu minta, maka kamu harus datang dengan kepercayaan diri. Jika tidak, maka perusahaan akan dengan mudah menolak permintaan kamu. Pertama, kamu harus percaya bahwa kamu layak mendapatkannya, kedua bahwa permintaan yang dipersiapkan sudah berdasarkan alasan yang berhubungan dengan perusahaan dan kinerjamu, ketiga kamu juga bisa melakukan power pose yang secara fisik dapat membantu kepercayaan dirimu.

source: www.canva.com

Di sisi lain, jangan terlalu percaya diri sampai terasa angkuh (entitled). Berterima kasihlah atas kesempatan untuk negosiasi, dan pahami bahwa pada akhirnya tujuan dari pembicaraan ini adalah menemukan garis tengah  yang terbaik untuk keduanya. Kamu juga harus terbuka dan siap menerima apapun hasilnya, mungkin kamu mendapat 100%, 50%, bahkan 0% dari permintaanmu. Tutup penyampaian argumen kamu dengan mengatakan “Ini adalah harapan saya, namun pada akhirnya saya masih terbuka untuk bernegosiasi”.

10. Jangan mudah menyerah

Pewawancara dapat memberikan respon yang bermacam-macam. Jika respon pertama adalah “tidak”, justru disitulah negosiasi di mulai. Kamu bisa menanyakan alasannya, dan beradaptasilah sesuai dengan jawaban yang diberikan. Misalkan, jika perusahaan belum yakin dengan kualitas kerjamu maka mintalah kesempatan untuk membuktikan selama 3 bulan, dan setelah terbukti kamu bisa mendapatkan gaji yang kamu inginkan. Menjadi persuasif adalah mendengarkan keresahan dari lawan bicara, dan memberikan jawaban atau solusi atas keresahan tersebut. Namun ingat untuk tidak terlalu memaksa dan memberikan impresi negatif kepada rekruter.

11. Negosiasi Alternatif lain

Jika kamu sudah memberikan jawaban terbaik namun rekruter tidak bergeming, bukalah pintu pada negosiasi lain. Misalkan: biaya transportasi, biaya asuransi, jam kerja yang fleksibel, satu hari ekstra untuk work from home, biaya akomodasi jika harus berpindah lokasi, atau bahkan kesempatan remote working. Seperti salah satu alumni RevoU, Adi yang berhasil bernegosiasi untuk bekerja dari rumahnya di Solo meskipun pada awalnya harus pindah ke Jakarta. Namun, tetap berikan alasan yang tepat dan juga menguntungkan untuk produktivitas kerja.

12. Hasil hitam di atas putih

Jangan lupa untuk mencatat semua hasil secara tertulis, baik via email maupun surat perjanjian yang ditandatangani keduanya. Kamu harus memiliki bukti konkrit hasil negosiasi, sehingga kedua belah memiliki catatan untuk menanggulangi kemungkinan konflik di masa depan.

source: www.canva.com


BONUS: Tips Menjawab “Berapa salary yang kamu harapkan”?

Pertama, usahakan untuk tidak menjadi pihak pertama yang menyebutkan angka. Jika mungkin kamu bisa merespon dengan menanyakan kembali

"Kalau untuk posisi ini, boleh saya tahu perkiraan di range angka berapa?"

Namun ada kalanya ketika rekruter tetap tidak mau menyebutkan angka tersebut. Jika begitu, kamu bisa coba mendorong sekali lagi dengan mengatakan

"Saya belum ada angka spesifik yang terpikir. Kalau memang dirasa sudah cocok dan kita sudah memutuskan ingin bekerja sama, saya terbuka untuk membicarakan penawaran salary package yang sesuai"

Ketika mendiskusikan ini, jika suasana sudah mulai keruh dan rekruter terus menanyakan angka yang spesifik, cobalah jawab seperti ini

"Baik. Kalau sepengetahuan saya, rata-rata gaji Digital Marketing Specialist di startup area SCBD ini sekitar Rp 7.000.000 juta per bulan. Mungkin kita bisa mulai angka itu"

Perhatikan, kamu akan menyebutkan angka tanpa menjawab "berapa gaji yang kamu inginkan", bukan? Jawabannya adalah menyebutkan gaji rata-rata dari data yang sudah kamu dapatkan. Dari sini kamu bisa memulai negosiasimu.

Penutup

Jika kamu berhasil mendapatkan hasil yang kamu harapkan, selamat! Namun,seperti kata salah satu career coach Revou, Salsa Erwina :

"Higher salary comes with higher expectations"

Gaji yang lebih besar akan datang dengan ekspektasi yang lebih tinggi. Jangan heran jika atasan akan memberikan tanggung jawab lebih kepadamu. Buktikan bahwa  kamu dapat menepati perkataan yang disampaikan saat negosiasi dengan memberikan performa maksimal sehingga perusahaan semakin mempercayakan hal lebih besar lagi kepadamu.

Jika belum, mungkin kamu bisa merefleksikan hasil dari percakapan untuk meningkatkan kualitas diri. RevoU hadir untuk memberikan ilmu, keterampilan, dan pelatihan di salah satu bidang yang sangat tinggi permintaannya saat ini yaitu Digital Marketing. Selain mempelajari Full-Stack Digital Marketing seperti paid advertising, social media marketing, Search Engine Optimization (SEO), dan Customer Relationship Management (CRM) dari instruktur profesional yang bekerja di startup unicorn seperti Tokopedia, GoJek, Traveloka, dan Grab ; kamu juga dapat mengikuti program career coaching yang akan membantumu untuk mempersiapkan CV, LinkedIn, portofolio bahkan membimbingmu saat di tahap negosiasi ini.

Tertarik untuk mempelajari program ini lebih lanjut?

Kunjungi laman kami di revou.co

Teaching driven individuals the skills they need to accelerate their career in the tech industry ?

Hub Karier

Ivy Vilory

Ivy is Senior Content Marketing at RevoU. Graduated from Tourism study. She is a writer, video producer, and podcast host for both RevoU and on her own platforms. All the links: lynk.id/viloryivy ✨