Belajar Digital Marketing di Usia Menjelang 40
Di usia yang hampir menginjak kepala 4, semangat Widyah untuk belajar dan menyesuaikan diri dengan perkembangan zaman tetap membara. Belajar digital marketing bersama murid lain yang berusia lebih muda justru memberikannya wawasan luas tentang industri 4.0 yang akan ia selami ini.
Widyah Astuti (39 tahun) adalah seorang ibu rumah tangga. Ia berkarir di dunia perhotelan selama lebih dari 10 tahun sebelum akhirnya memutuskan untuk berhenti bekerja full time di tahun 2011 untuk mengurus keluarga kecilnya. Beberapa bulan belakangan ini, Widyah mulai terpikir untuk kembali ke dunia kerja namun bingung harus memulai dari mana. Kembali ke pekerjaannya menjadi frontliner hotel di masa ini pun dirasa cukup sulit. Widyah mulai mencari opsi lain dan tertarik dengan digital marketing setelah melihat bagaimana semua aktivitas sekarang berpindah ke digital, terutama sejak pandemi ini. Ia percaya bahwa memiliki expertise di bidang ini akan sangat bermanfaat baginya di tahun 2021 nanti. Maka dari itu, ia sangat tertarik dengan RevoU ketika mengetahui ada program yang akan membantu murid untuk memulai karir di bidang digital marketing serta adanya Job Guarantee (syarat dan ketentuan berlaku).
Tanggapan Keluarga
Langkah pertama yang Widyah lakukan adalah mendiskusikan dengan suami dan kedua anaknya. Beruntung keluarganya sangat mendukung dan mau beradaptasi agar Widyah memiliki lebih banyak waktu untuk belajar, terutama saat kelas malam pukul 19.00-21.00. banyak. Widyah pun menyaksikan dampak positif yang tidak disangka sebelumnya, seperti anak-anaknya yang berusia 8 dan 10 tahun sekarang lebih bisa mandiri dalam mengurus diri sendiri. Ia semakin yakin bahwa ini adalah waktu yang tepat untuk kembali bekerja.
Saya berkomitmen justru karena keluarga saya. Mereka sudah support, mau dikorbankan waktu dan perhatiannya, maka saya jadi termotivasi untuk bersungguh-sungguh.
Penggunaan Teknologi
Jika ada yang merasa tidak fasih teknologi, Widyah adalah bukti bahwa tantangan ini bisa diatasi. Sebelum mengikuti program ia jarang mengeksplorasi perangkat digital, tidak aktif di media sosial, bahkan ia merasa anaknya yang duduk di bangku sekolah dasar dapat membuat slide presentasi lebih baik dibanding dirinya. Di awal kelas ia sempat merasa kesulitan karena mayoritas aktivitas dilakukan secara online; sesuai dengan namanya “digital” marketing. Kunci keberhasilan yang Widyah temukan ternyata cukup sederhana yaitu: terbiasa. Kelas intensif RevoU memaksanya untuk menggunakan berbagai tools online setiap hari, dan ia pun berinisiatif untuk latihan bahkan di luar kelas. Sekarang, ia dapat membuat presentasi yang sesuai standar perusahaan, bahkan menguasai berbagai tools digital marketing seperti Google Analytics, Ahref, Facebook Ads Manager dan lain sebagainya -- hanya dalam beberapa minggu. Yang lebih penting lagi adalah menyadari bahwa semua ini adalah alat yang mendukung agar mencapai suatu tujuan marketing yang diinginkan.
Tools ini ibaratkan masak dengan oven. Kalau kita punya oven bagus tapi tidak tahu cara pakainya, maka kita juga tidak bisa masak. Sama seperti tools ini: asal kita tahu maknanya untuk apa, belajar cara pakainya, lalu dicoba dan diaplikasikan pasti akan bisa.
Belajar digital marketing dari nol
Kurikulum Full-Stack Digital Marketing juga membuatnya semakin memahami “The Power of Digital Marketing”. Ia dilatih untuk memahami seluruh aspek mulai dari data, analisa bahkan kreativitas dan public relation. Meskipun tidak memiliki latar belakang di bidang ini, Widyah tetap bisa mengikuti kelas dengan baik karena ia mempersiapkan diri dengan membaca pre-lecture material yang diberikan dan wajib dibaca oleh murid sebelum kelas. Setidaknya, ia tidak datang ke kelas dengan tangan kosong. Namun, Widyah juga menyampaikan bahwa ada perubahan yang ia rasakan saat belajar dan membaca di usia ini dibandingkan ketika dulu bersekolah.
Untuk membaca materi, mungkin faktor usia saya berpengaruh ya.. Biasanya 10 menit pertama baca itu challenging, masih kepikiran ini itu. Takes time to focus. Tapi setelah itu sudah mulai masuk flow, bisa semakin ngerti dan malah bikin penasaran. Jadi jangan menyerah di 10 menit pertama itu.
Mentorship dan teamwork
Widyah juga sangat menikmati sistem peer-to-peer learning yang diaplikasikan di program, apalagi dirinya lebih cocok bekerja dengan tim dibandingkan kerja sendiri. Sebelum bergabung dengan RevoU, ia sempat mempertimbangkan kelas digital marketing lain yang sistem belajarnya secara individual menyaksikan video. Namun, ia merasa tidak akan terdorong untuk menyelesaikan pembelajaran karena tidak ada tatap muka dengan mentor atau teman sekelompok yang saling mengingatkan, membantu dan membuatnya termotivasi untuk menyelesaikan tugas pembelajaran di kelas. Ia senang karena akhirnya dikelilingi oleh sekelompok orang yang bisa diajak bertukar pikiran karena berada di bidang yang sama. Mentornya, Sukraj, yang adalah alumni dari batch 3 selalu siap untuk membantu Widyah jika ia menemukan kesulitan. Kelompoknya juga tidak hanya saling melengkapi kekurangan dengan kelebihan masing-masing dalam menjalankan group project, namun juga berbagi wawasan tentang bekerja di dunia digital marketing dan mulai membangun jaringan networking yang luas sebagai orang yang baru terjun ke bidang digital marketing ini.
Life at RevoU
Sampai saat ini, Widyah masih menjalankan pembelajarannya di RevoU batch 4. Setiap minggu rasa percaya dirinya semakin bertambah, setelah dia berhasil membuktikan kemampuannya dengan mengerjakan assignment dan melihat progress pencapaiannya. Ia menekankan hal bahwa yang terpenting adalah berkomitmen dan menikmati proses. Tantangan tidak membuatnya menyerah, namun justru ia mengambil pelajaran dari setiap pengalamannya.
Dari tidak tahu digital marketing sama sekali sampai tahu. Dari tidak tahu cara bikin deck, gaptek, sampai sekarang setiap hari kelas pakai zoom. Dari mengira kalau melamar kerja hanya pakai application letter dan sertifikat, sekarang sudah bisa susun portofolio digital marketing sendiri. Dari yang tidak percaya diri, sekarang jadi percaya diri mau kembali kerja.