27 Strategi Praktis Makin Dilirik Rekruter — Belajar dari Career Mentor RevoU
Di artikel ini, 7 Career Mentor RevoU dengan spesialisasi HR ngebongkar 27 tips jadi kandidat yang stand out di depan rekruter!
Table of Contents
Saat melamar pekerjaan ke suatu perusahaan, pastinya kamu bukan satu-satunya kandidat.
Oleh karena itu, penting buatmu untuk jadi kandidat yang stand out/unggul di antara kandidat lainnya!
Di artikel ini, 7 Career Mentor RevoU dengan spesialisasi HR dari perusahaan corporate, start up hingga pemerintahan, ngebongkar 27 strategi praktis makin dilirik rekruter!
Yuk, langsung kita bongkar satu-satu!
Step #1 Cara Buat CV dan Portofolio Lebih "Ngejual"
Lamaran kerjamu (CV dan portofolio) adalah first impression yang rekruter dapat sebelum mengundangmu ke interview.
Supaya bisa lolos ke tahap berikutnya, kamu harus stand out mulai dari tahap screening.
Begini tips buat CV dan portofoliomu lebih “ngejual” langsung dari para Career Mentor di RevoU!
[STRATEGI #1] Masukkan Pengalaman Relevan dengan Posisi yang Dilamar
Menurut Calvin Utomo, biasa dipanggil Calvin, People Analytics di Shopee, CV reflects your personality!
"CV jangan terlalu full. It's something that reflects you.
Kalau aku liat CV yang terlalu full, kadang-kadang aku melihat bahwa orangnya agak insecure dengan skillsnya. Jadi dia put as much as possible untuk semua space itu diisi dengan sesuatu.
Padahal gak harus!
Kalau aku lihat, if you have a lot of white space, biasanya it exudes that you are more confident," katanya
Kalau kamu Fresh Graduate/Career Switcher yang belum punya pengalaman kerja relevan, masukkan pengalaman project di bootcamp (RevoU, misalnya), project pribadi, maupun training/sertifikasi.
Pengalaman yang tidak relevan tidak perlu dimasukkan atau bisa tulis dalam 1 baris dan tidak dijelaskan detail.
Kecuali, di posisi tersebut kamu pernah melakukan project yang relevan.
Begitu juga di portofolio!
"Give me your 5-10 best works aja, gak perlu sampai 130 halaman."
[STRATEGI #2] Elaborasi Pengalaman dengan Achievement
Damianus Yanna Kristianto (Yanna), Senior Recruitment di E-commerce Indonesia, punya tips saat menuliskan pengalaman di CV: Lebih baik menuliskannya dengan detail dan gak bertele-tele dengan achievement yang terkuantifikasi.
"Rekruter akan langsung liat experience, jadi craft sedetail mungkin, tapi gak bertele-tele!
Kalau kerjain end to end process, dielaborasi lagi. Tulis numbers-nya. Ini bisa menarik rekruter buat review CV," katanya.
Misalnya:
Handled end to end content marketing from content ideation, production, and distribution. Successfully gained 100+ organic publications from top-tier local and international online media.
"Penting juga untuk menuliskannya dengan jujur, ya!
Jangan sampai angka yang tertulis berbeda dengan aslinya.
Kalau kamu udah gak jujur di awal, ke belakangnya akan sulit, pas interview atau pas kerja akan agak susah adaptasi."
[STRATEGI #3] Pakai Istilah atau Jabatan yang Familiar
"Ada beberapa partisipan yang kurang menyadari bahwa yang membaca resume mereka itu orang yang tidak mengerti pekerjaan mereka sebelumnya.
Jadi, kata-kata yang gak familiar untuk orang banyak lebih baik jangan dikeluarkan," kata Yuni Herdy, Human Resources Manager di Orang Tua Group.
Misalnya:
- RevoU Labs bisa diganti dengan apprenticeship atau magang
- Digital Hero (atau jabatan yang tidak familiar) bisa diganti dengan Digital Marketing Specialist
[STRATEGI #4] Tuliskan Skill yang Relevan
Tuliskan skill yang relevan dalam bentuk poin-poin.
"Biasanya, kandidat itu sering masukkin skill dalam bentuk bar atau mengukur sendiri skill-nya sejauh mana. Itu tidak perlu dimasukkan.
Jadi kalau memang mau masukkin skill, bisa dimasukkan aja skill-nya apa. Kalau memang ada tolak ukurnya misalnya score test bisa dimasukkin juga!" kata Ummi Lubis, Human Resources Manager di goKampus.
Misalnya:
- TOEFL / IELTS
- Google Ads
- Google Analytics
- dan lain-lain
[STRATEGI #5] Showcase Portofolio di CV dan LinkedIn
"Pasti portofolio itu sudah kita buat sebaik mungkin, dengan design yang oke, isinya juga sudah sesuai dengan posisi yang kita apply.
Nah, selanjutnya kita harus tunjukkan (ke rekruter)!" lanjut Ummi.
Caranya:
- Attach link portofolio di CV
- Share di LinkedIn sebagai featured post atau file
Ini juga akan mempermudah rekruter untuk mengevaluasi profilmu, loh!
[STRATEGI #6] Gunakan Desain Simple
"Sometimes, desain dari CV secara tidak langsung sangat mempengaruhi rekruter dalam mereview CV.
Kalau bisa, desainnya cenderung agak polos. Bukan banyak warna dan gambar yang tidak relevan, tapi kita fokusin untuk point out yang pengen kita infokan di CV (pengalaman, achievement, skills).
Jadi agak polos, banyakin white space, dan tulisan fontnya juga diperjelas," kata Yanna.
Rekomendasi font yang bisa kamu gunakan:
- Type: Sans Serif, lebih mudah dibaca dan jelas
- Font size: 8-10 pt untuk body text, nama dan posisi bisa lebih besar
(Lihat contoh CV lainnya di sini)
[STRATEGI #7] Hindari Typo
Sebelum submit CV, periksa kembali CV-mu.
Jangan sampai ada typo!
"Ini gak semua HR sih, tapi aku salah satu HR yang gak tahan sama orang yang banyak typo-nya.
Kadang kadang, kalau orang yang udah experience kerjanya, mereka gak gitu mikirin dan luangin banyak waktu untuk merenungkan resume.
Kadang bikin, bikin, bikin, typo-nya banyak.
Itu aku udah pasti "gak" sih, karena itu mencerminkan hasil kerja dia juga nanti. Typo-typo berarti banyak kesalahan," kata Yuni.
"Aku mostly ngeliatin (typo), apalagi untuk posisi-posisi yang bisa dibilang cukup krusial dengan hal yang teliti. Kalau CV-nya aja gak menunjukkan ketelitian, kan menjadi aneh.
Kalau dalam konteks RevoU, misalnya digital marketing.
Temen-temen yang masuk ke stream content (Content Writer, Social Media Specialist), kalau dia nulisnya banyak typo, ejaannya juga tidak benar, grammar-nya juga tidak benar, itu kan menjadi sebuah lampu kuning.
'Orang ini tuh ngerti gak sih cara nulis yang bener?', secara tidak langsung," tambah Frengky Johanes, Human Capital di Ajaib.
Untuk menghindari typo, kamu bisa cek kembali CV-mu menggunakan Grammarly. Ini bisa memperbaiki kesalahan grammar juga, loh!
[STRATEGI #8] Cantumkan Foto yang Proper
"Kalau misalnya ada foto akan lebih baik, karena gak semuanya mencantumkan foto.
Sekarang pun, kan kita udah pasti video interview. Ada yang udah mulai offline interview. Maybe it would be nice untuk mencantumkan foto yang proper," kata Hasyani Karima, Human Capital Business Partner di KEB Hana Bank.
"Contohnya, kamu kerja di dunia yang butuh tau bagaimana penampilan dan dilihat outer appearance-nya gimana. Gak perlu yang sangat cantik, sangat tampan, tapi at least sangat proper. Kita formal, bisa present diri sendiri dengan bagus.
Misalnya di banking atau consulting, kita butuh ketemu client, nasabah, dan lain-lain. Makanya, kadang-kadang itu (foto) diperlukan. Ada yang prefer (dicantumkan), ada yang gak.
Kita harus sesuaiin sama kebutuhannya gimana."
[STRATEGI #9] Siapkan CV ATS dan Creative
Menurut Pramwidya Novia, HRBP for Inspectorate General di Kementerian Keuangan RI, kamu perlu siapin 2 jenis CV. CV yang ATS dan creative.
"Aku banyak diskusi juga sama teman-temanku yang masih jadi tech recruiter sekarang, (CV ATS) itu buat DA malah lebih "gampang nyantolnya" dibanding creative. Mungkin yang creative lebih cocok buat DM," katanya.
Lalu, gimana cara bedain harus pakai CV ATS atau Creative?
"Banyak ngobrol sih sebetulnya kuncinya, banyak networking sama orang-orang di company sambil cari tau mereka tuh pakainya apa sih? Apa mereka pakai platform khusus recruiting atau gimana?"
Kesimpulannya, pakailah:
- CV ATS, jika perusahaan pakai platform khusus recruiting atau posisinya lebih mengutamakan logika (seperti Data Analytics)
- CV Creative, jika posisi/perusahaan yang ingin kamu lamar bergerak di industri kreatif
Step #2 Strategi LinkedIn Ala Hiring Manager
Saat ini, LinkedIn udah jadi salah satu platform paling besar untuk rekruter mencari kandidat dan post lowongan kerja dengan range level yang lebih luas. Dari Fresh Graduate sampai Professionals.
-Calvin Utomo, People Analytics at Shopee
Dari LinkedIn, rekruter bisa mengevaluasi background kandidat, khususnya di bagian Experience, Education, Achievement, Certifications, dan Endorsement Skills.
-Hasyani Karima, Human Capital Business Partner at KEB Hana Bank
Oleh karena itu, selain menyiapkan CV dan portofolio yang bagus, perlu juga untuk mengoptimisasi LinkedIn-mu!
Gimana caranya?
[STRATEGI #10] Headline Sesuai dengan Posisi yang Dilamar
"Kalau rekruter lagi cari kandidat di LinkedIn, yang pertama kita pakai itu keywords.
Keywords-nya apa aja?
Yang biasa aku pakai adalah posisi, misalnya aku lagi cari Sales Executive. Berarti aku ketik "Sales Executive".
Temen-temen bisa optimize di LinkedIn, mungkin dari posisinya dulu. Posisi itu kan biasanya ada di headline. Jadi, masukkin posisinya (yang mau dilamar) di headline," kata Ummi.
Misalnya:
- Digital Marketing | CRM | Edutech
- Social Media Enthusiast
[STRATEGI #11] Cantumkan Skills Relevan dengan Posisi yang Dilamar
"Skills itu harus dimasukkin.
Misalnya, punya pengalaman di SQL, atau tools apa, itu dimasukkin.
Karena di search bar dari LinkedIn rekruter itu ada yang kita cari khusus dari skills.
Apalagi, dulu pas kita cari Web Developer, itu kan bahasanya beda-beda. Ada yang fokusnya di Golang, PHP, Python, dan sebagainya. Kita cari dari skills, karena secara job title sama sama Web Developer.
Nah, itu sama dengan anak-anak SEO, Data Analytics. Harus skills-nya dimasukkin bener-bener," saran Calvin.
[STRATEGI #12] Tulis Pengalaman Relevan dengan Lebih Detail
"Perbedaan LinkedIn dengan CV, LinkedIn itu kita diberikan sebuah space yang lumayan banyak untuk kita bisa menuliskan kita punya pengalaman.
Ini menjadi sebuah early check buat para HR.
Karena kita paham yang ditulis di CV itu terbatas, kita akan coba cek ke LinkedInnya," jelas Frengky.
"Kita cukup tuliskan aja pengalaman secara brief, poin-poin.
Kita posisiin diri kita juga sebagai pembaca.
Yang perlu diperhatikan adalah penikmat LinkedIn itu bukan kita sebenernya, tapi orang yang baca kita punya profile.
Oleh karena itu, kita harus memposisikan diri ketika kita nulis:
- Apakah ketika saya menulis hal demikian, orang yang membaca ini suka atau tidak?
- Apakah ini mempermudah mereka atau tidak untuk memahami apa yang saya tuliskan?"
[STRATEGI #13] Recommendations yang Jujur
"Yang paling aku suka dan yang paling aku sering liatin di LinkedIn itu Recommendations, sih.
Walaupun kadang-kadang Recommendations isinya emang bagus-bagus aja, yang gak bagus gak akan kita post. Tapi, at least HR dapat gambaran hal-hal yang paling menarik dari diri dia (kandidat).
Bagus-bagus kan bukan berarti relevan dengan yang company cari.
Misalnya, aku cari Digital Marketer. Aku pasti cari orang yang tech savvy, yang bisa melakukan SEO, SEM, dan lain-lain.
Aku pengen tau dia tuh diliat punya (kriteria) itu gak sama temen-temennya," kata Yuni.
Kamu bisa mendapatkan Recommendations dari teman-teman kerja, kuliah, kursus, organisasi, bahkan atasan!
"Biasanya, aku liat juga posisinya.
Kadang yang aku suka liat itu adalah kalau yang nulis atasannya atau directornya, atau posisinya di atas dia. Kalau teman-teman atau subordinates, itu menarik aja tapi gak jadi perhatian aku.
Waktu kita kerja di company, it's not that easy membangun hubungan yang dekat banget ke atasan sampai bisa kasih rekomendasi yang bagus-bagus dan bohong.
Jadi, kalau bisa dapet Recommendations dari bos-bosnya, berarti dia dipandang perform juga sama bos-bosnya."
[STRATEGI #14] Aktif Posting
"Kita tuh kalau bisa, rajin untuk posting.
Misalnya, kita dapet achievement, kita posting di sana.
Misalnya pernah kerjain project di RevoU, kita posting aja. Hasilnya tuh sekian loh; dari hal ini kita dapet pelajaran apa?
Kalau di LinkedIn, caption-nya juga harus diperhatikan.
#1 Share kenapa kita create this project? Behind the scene-nya gimana? Kenapa kita bisa dipercaya untuk kerjain project ini?
#2 Jabarin sedikit gimana bisa achieve poin-poin yang mau di-share
#3 Apa yang kita pelajari dari project?
Jadi 3 poin itu menurutku really impactful ketika kita pengen posting di LinkedIn," saran Yanna.
"Sometimes kalau kita posting, kita kan cuma posting, misalnya sehabis graduate, "Thank you to xxx".
Tapi, lebih dari itu, sebenernya yang diliat dari rekruter tuh juga keaktifan temen-temen—students khususnya—dalam mencerna, dalam mengerjakan hal tersebut dari cerita di caption.
Itu bener-bener nge-boost branding kita di LinkedIn!"
Post seperti ini bisa bermanfaat untuk koneksimu juga. Dengan itu, mereka akan like/share postingan-mu ke koneksi mereka sehingga profilmu akan lebih terekspos ke banyak rekruter!
[STRATEGI #15] Jangan Apply Sporadis
"Jangan apply sporadis.
Ada kandidat-kandidat, dia tuh apply ke Product Management, Tech, Data, HR.. dia tuh bener-bener gak ngerti mau apply kemana," kata Calvin tentang common mistakes kandidat di LinkedIn.
"Dan ketika kita melihat seperti itu, sebagai HR, kita merasa orang ini gak ada tujuan. Jadi, kita akan tolak semuanya."
Cek juga strategi LinkedIn lainnya biar makin dilirik HR!
Step #3 Belajar Cara Networking
Secara umum, kamu bisa networking ke:
- Rekruter: HR, user (Lead / Manager)
- Peer: Orang-orang yang udah bekerja di posisi yang ingin dilamar
- Mentor: Instructor, Team Lead, Section Manager, Career Mentor, dan Alumni di RevoU
Gimana cara networking secara profesional?
[STRATEGI #16] Reach Out HR Setelah Apply
Reach out HR adalah tips jitu yang disaranin sama semua Career Mentor RevoU!
Kamu bisa connect ke HR via LinkedIn setelah apply dan kirim message (setelah 7 hari apply).
#Opsi 1
Selamat pagi, Kak [Nama HR].
Perkenalkan, nama saya [Nama Kamu]. Saya lihat ada job opening di [Nama Company].
Saya sangat tertarik dan sudah apply sebagai [Posisi] melalui [Platform Job Portal] pada [Hari dan Tanggal].
Saya baru saja lulus dari RevoU [Nama Program]. Saya juga memiliki pengalaman [Tuliskan Pengalamanmu].
Namun, saya belum mendapatkan kabar terkait lamaran saya. Kira-kira boleh direview Kak?
Terima kasih banyak!
#Opsi 2
Hello [Recruiter's Name], great to e-meet you here!
If you don’t mind, here is my CV.
I already applied in [Company Name] job openings as [Position].
Would be very happy to discuss the opportunity with you. Thanks!
[STRATEGI #17] Networking dengan Teman/Rekan Kerja/Atasan
Networking dengan lingkungan terdekat pun jadi salah satu strategi networking yang paling membantu karir ketujuh Career Mentor RevoU ini.
#1 Teman kuliah, organisasi, kursus
Networking dengan teman kuliah, organisasi, maupun kursus bisa dilakukan dengan lebih santai.
Kamu bisa kasih tau kalau lagi career switch atau lagi cari kesempatan kerja di posisi tertentu.
#2 Rekan kerja dan atasan
"Aku paling suka networking sama atasan sebenernya kalau di pekerjaan.
Kalau aku sih dengan menjadi subordinate yang selalu available/gercep (gerak cepat)," kata Yuni.
3 tips networking dengan rekan kerja dan atasan ala Yuni:
- Melakukan yang terbaik dalam pekerjaanmu
"Jadi, kalau aku dikasih kerjaan apapun, sebisa mungkin aku kerjain sampai selesai." - Gak pernah datang/diskusi dengan tangan kosong. Berikan improvement points dan ide-ide yang bisa membantu project dan company
"Jadi, either aku bawa kerjaanku yang udah selesai atau aku minta waktu ngomong sama atasan-atasanku. Tapi, waktu ngobrol, aku selalu kasih my ideas, apa yang mau aku lakuin, ajak discuss." - Jadi pendengar yang baik
"Aku selalu menempatkan diri aku sebagai pendengar dalam organisasi di tempat aku kerja. Pendengar buat atasan, pendengar buat bawahan. Makanya di kerjaan yang lama, aku bisa deket sama atasanku"
Kuncinya adalah performance yang baik dan empati!
Dengan networking, maka kamu akan lebih diingat oleh teman, rekan kerja, maupun atasanmu.
Jadi, jika mereka punya lowongan kerja yang cocok denganmu, mereka akan menawarkannya!
Networking yang bagus itu networking yang dilandasi dengan trust!
-Damianus Yanna K., Senior Recruitment at E-commerce Indonesia
[STRATEGI #18] Gabung Komunitas Terkait Posisi yang Dilamar
Dengan gabung komunitas, kamu punya kesempatan untuk ketemu dengan rekruter dan user yang sedang hiring dan mau rekrut kamu!
"Kalau pas jadi rekruter, (ngerekrut kandidat) dari job portals yang paling utama. Around 70-80% pasti dari sana. Mungkin another 20%-nya itu dari bikin community, talks.
Kumpul-kumpul anak designer, anak-anak data. Fresh graduate dateng, dari company lain dateng. Itu database-nya ada, biasanya disortir lagi sama rekruter pasti," jelas Calvin.
[STRATEGI #19] Bantu Orang Lain
"Dulu tuh pas di awal-awal aku mulai membuka diri untuk jasa coaching, aku bantuin temen-temen aku apply beasiswa.
Kebetulan aku apply beasiswa juga untuk studi lanjut.
Yaudah, aku langsung terbuka aja, "Kamu mau gak aku bantu baca esainya, latihan wawancaranya?"
Menurutku, gak pernah ada yang salah dari nolong orang lain. Itu tuh kayak membawa kamu kepada karma baik!" kata Widya.
So, kamu bisa membantu orang lain dari sisi apapun, termasuk yang sesuai dengan skill maupun posisi yang mau kamu lamar!
Step #4 Tips Stand Out di Interview
Setelah lolos CV Screening, rekruter akan melihat seberapa kompeten dan cocokkah kamu di dalam perusahaan.
Maka, inilah saatnya kamu "menjual diri" dan tunjukkan bahwa kamu paling unggul di antara kandidat lainnya!
Gimana tuh caranya?
[STRATEGI #20] Research Sebelum Interview
Menurut para Career Mentor RevoU, inilah 4 kategori yang perlu kamu research:
#1 Posisi/Role. Kerjaannya seperti apa? Apa yang akan diekspektasi dari posisi tersebut?
#2 Interviewer
- Pernah kerja dimana?
- Pengalaman kerjanya berapa lama?
- Kegiatannya seperti apa?
- Spesialisasinya apa?
"Semakin HR punya pengalaman yang banyak, otomatis yang ditanyakan pasti lebih helicopter view.
Kalau HRnya ini pengalamannya baru 1 tahun, pasti pertanyaan template, yang biasanya kita udah tau," jelas Yanna.
Contoh:
Apa sih yang membuat kamu mau bergabung dengan company kami?
Bisa diubah menjadi “Kamu suka perusahaan yang growing atau yang udah settle?”
#3 Company. Value, culture, product, strategi terkait posisi yang dilamar, user/customer, company plan, dan achievement-nya apa?
Dari informasi ini, kamu bisa memberikan improvement points dan strategi sesuai dengan posisi yang dilamar atau secara umum sebagai user.
#4 Diri Sendiri. Skill dan pengalaman, teamwork skills, problem-solving skills.
Cari benang merahnya, apa hal dari diri kamu yang suitable sama perusahaan yang dilamar
[STRATEGI #21] Extra Miles dengan Buat Pitching Deck
Buat pitching deck berisi improvement points dan rencana yang akan kamu lakukan kalau kamu diterima di posisi tersebut!
Calvin pernah punya pengalaman, "ada kandidat yang datang dengan segepok kertas berisi 3 product plan dan ditunjukkin pas pertanyaan ‘Kenapa kami harus hire kamu?’” yang ternyata bikin dia terkesan!
Dan ternyata, Yuni pun setuju dengan hal ini!
"Yang udah pasti bikin orang stand out dalam interview adalah kalau kita mau work extra miles buat bikin presentation yang gak diminta buat company-nya.
Misalnya, Social Media Specialist. Kita research konten apa yang mereka suka.
#1 Kita bikin konten apa yang bagus-bagus, yang bisa kita bikin buat mereka
#2 Kenapa kita bikin konten itu?
#3 Gimana konten itu bisa berpengaruh bagi digital marketing-nya mereka?
Hal-hal yang kayak gitu sih yang bikin HR dan user tuh amaze!" katanya
Menurut Yuni, presentation ini bisa kamu tunjukkin saat rekruter nanya pertanyaan yang relevan. Misalnya:
- Kenapa kamu bisa tertarik melamar di perusahaan kami?
- Punya pengalaman apa di bidang ini?
Setelah cerita, di akhir kalimat, kamu bisa bilang:
“Bu/Pak, sebenarnya saya sudah siapkan sesuatu yang mau saya tunjukkan ke Bapak/Ibu,” lalu tunjukkan deck/plan yang udah kamu buat!
Ini akan bikin rekruter melihat kamu stand out dibanding yang lain, yang cuma jawab pertanyaan aja!
[STRATEGI #22] Learn how to be Likeable
Menurut Calvin, kebanyakan kandidat lebih fokus ke persiapan skill, kerjaan, dan aset (CV, portofolio, LinkedIn) mereka. Kadang, mereka lupa kalau di suatu waktu, mereka akan harus interview sama company. atau harus kenalan sama orang untuk bisa dapet akses ke HRnya.
So, you need to learn how to be likeable.
Gimana triknya?
"Triknya ada. Kebetulan aku dulu pelajari juga. Kamu boleh liat dari Youtube, atau dari manapun pasti ada.
Harus bisa senyum (natural) pas ngobrol sama orang!
Anggaplah kamu lagi ketemu sama teman di cafe. Apakah kamu bisa bikin atmosphere seperti itu tapi dalam interview?
Secara normal, kita ngobrol aja!" katanya.
"Sebenernya, kalau mau ditanya pengalaman kamu, itu kita udah bisa baca dari CV.
Tapi yang kita butuh bisa baca dari interview adalah team (yang membutuhkan) bakalan suka gak? Bisa kerja bareng gak? Jadi di interview itu adalah contoh nantinya dia akan seperti apa."
[STRATEGI #23] Harus Bisa Jawab “Kenapa kami harus hire kamu?”
"Kenapa kami harus hire kamu?" adalah hal yang akan selalu ditanyain terus-terusan. Dari lulus kuliah, lulus RevoU, switch career, dan seterusnya.
"Value pun tergantung, bisa jadi berguna ataupun tidak.
Kalau value itu general, it's not something special. Misalnya, aku tuh pekerja keras, aku suka belajar, dan lain-lain. Semua lulusan RevoU pun juga ngomong seperti itu!
Bener-bener kemarin pas aku ada metoring atau interview dengan anak-anak dari mentor lain, itu 7 dari 9 tuh jawabannya sama," tutur Calvin.
So, tips darinya: tanya ke dirimu sendiri, “taring” (keunikan) kamu tuh apa?
"Kamu tuh harus bisa "menikam" tangan-tangan company, supaya kalau kamu digoyang-goyang, kamu gak akan lepas dan jadi kandidat terakhir!
Nah, Taring orang tuh bisa ada 1, 2, atau banyak. Jadi, semakin berkembangnya karir, kamu harus bisa menambah "taring-taring" kamu."
[STRATEGI #24] Tanya Pertanyaan yang Relevan
Saat rekruter tanya “Apakah ada pertanyaan?” kamu bisa tanya pertanyaan yang relevan.
Semakin relevan dengan yang dilamar, rekruter semakin tertarik!
Berikut contoh dari para Career Mentor:
- Saya lihat culture di perusahaan ini seperti ini, apakah benar?
- Struktur team [departemen] seperti apa? Apakah saya akan bekerja sendiri atau ada team?
- Challenge apa saja yang dihadapi oleh team?
- Saya lihat ada program development untuk karyawan, apakah benar? Kira-kira programnya seperti apa?
- Tahap rekrutmen selanjutnya apa saja? Kira-kira berapa lama proses rekrutmennya?
- Apa ekspektasi perusahaan untuk saya kalau saya diterima?
Pertanyaan yang membekas di aku, ada yang pernah nanya:
“Aku lihat ada beberapa profile di company Ibu, termasuk Ibu, ada karyawan yang bekerjanya sekian tahun. Apa yang membuat para karyawan happy di kantor ini? Struggle bekerja dalam kantor ini apa saja?
Saya mau tau karena saya excited banget masuk ke dalam dunia kerja dan mau jadi karyawan yang bisa diandalkan!”
-Yuni Herdy, Human Resources Manager at Orang Tua Group
Step #5 Strategi Anti di-Ghosting Hiring Manager
Setelah interview selesai pun, kamu masih bisa "ngejual" supaya rekruter makin tertarik, loh!
Berikut strategi dari para Career Mentor biar kamu gak di-ghosting!
[STRATEGI #25] Kirimkan Thank You Note
Menurut para Career Mentor, kamu bisa mengirimkan thank you note via email, Whatsapp, atau chat di LinkedIn.
"Mention lagi kalau temen-temen sangat tertarik untuk join ke company tersebut sebagai posisi tertentu dan bisa emphasize lagi skill dan strength temen-temen untuk membantu company tersebut menyelesaikan masalahnya," kata Ummi.
Contoh thank you note:
Hi [Interviewer Name]!
Thank you so much for meeting with me today. It was such a pleasure to learn more about the team and position.
I am very excited about the opportunity to join [Company Name] and help [Things you want to contribute] with your team.
Looking forward to hearing from you about the next steps in the hiring process. Please don’t hesitate to contact me to provide additional information.
Best regards,
[Your Name]
Mengirimkan thank you note ini penting untuk membuatmu stand out!
Soalnya, "gak semua kandidat mengirim thank you note. Hanya kandidat tertentu yang sangat eager, berniat, dan sangat tertarik untuk masuk ke company.
Pada saat kandidat kasih thank you note, sebenarnya rekruter juga punya urgency untuk bisa memberikan dia kabar lebih cepat. Itu kurasakan sendiri.
Di satu sisi, hal positifnya adalah kita melihat juga kalau orang ini bener-bener antusias dan kalau memang hasil dari interviewnya bagus, berarti cocok untuk kita hire.
Itu bisa jadi nilai positif temen-temen di mata rekruter, supaya kemungkinan lolosnya lebih besar dengan mengirim thank you note." tambah Ummi.
[STRATEGI #26] Follow Up Interview
Kamu bisa banget loh untuk melakukan follow up interview setelah 1-2 minggu (sesuai timeline) via email, chat LinkedIn atau Whatsapp.
Berikut contoh dari Career Mentor RevoU:
Thank you for the opportunity to discuss the [Position] with me last week. I enjoyed meeting you and learning more about company.
Saya mau follow up juga Kak, apakah hasil interviewnya sudah ada?
Apakah ada hal lain yang bisa saya bantu? Terima kasih
Lakukan ini maksimal 1 bulan saja (2-4x kirim).
Kenapa, tuh?
Menurut Frengky, "kalau misalnya kamu sebagai seorang HR.. Kamu bener-bener seneng sama orangnya, kamu ngeliat orang ini bener-bener oke, apa yang kamu cari ada di orang ini. Kamu pasti gak mikir 2x. lagi. Kamu pasti langsung proses orang ini.
Orang-orang yang biasanya mendapatkan sebuah proses yang lama, dia biasanya gak ada di posisi itu.
Dia adanya di posisi tengah-tengah (bagus, tapi ada yang lebih bagus) atau akhir."
So, jika tidak ada balasan, berarti saatnya untuk move on dan lamar ke perusahaan lain!
[STRATEGI #27] Jaga Networking dengan Baik
Meskipun pada akhirnya kamu ditolak, tetap jaga networkingnya, ya!
Siapa tau di lain kesempatan, kamu akan ditawarkan posisi serupa oleh rekruter tersebut!
Yang penting dalam apply-apply kerja itu adalah konsistensi, tetap networking, pasti suatu hari kalian akan dapet pekerjaan yang kalian impikan.
-Ummi Lubis, Human Resources Manager di goKampus
Mau dapet kerja impianmu?
Di RevoU, ada RevoU NEXT dengan career mentoring, ngerjain project dengan bimbingan para expert, dan Community Job Board yang bisa membantumu mendapatkan karir impian!
Kamu juga bisa coba merasakan gimana jadi student di RevoU selama satu minggu secara gratis di RevoU Mini Course (MC), loh! Cek selengkapnya di sini!
Kalau masih bingung, kamu bisa tanya-tanya ke Admin RevoU via DM Instagram juga ya!
RevoU - The Journal Newsletter
Join the newsletter to receive the latest updates in your inbox.