19 Hal yang Harus Disiapin Sebelum Masuk ke Dunia Tech — Tips dari Alumni RevoU

Mau kerja di tech companies? Baca dulu 19 hal yang harus kamu siapin sebelum masuk ke dunia tech ala Alumni RevoU!

Ervina Desiviola
Ervina Desiviola

Table of Contents

Seiring perkembangan teknologi yang begitu pesat, perusahaan tech sekarang udah jadi incaran para pencari kerja. Baik yang Fresh Graduates, maupun yang Career Switchers!

Kamu salah satunya?

Great!

Tapi, sebelum meluncur ke dunia tech, ada baiknya untuk mempersiapkannya dengan matang.

Di artikel ini, 6 alumni RevoU yang udah kerja di perusahaan tech ceritain pengalaman dan hal-hal yang mereka pelajari pas kerja di tech companies!

Total total, ada 19 persiapan yang perlu kamu pahami sebelum kerja di tech company!

So, here’s your tech companies checklist!


9 Karakteristik Perusahaan Tech

Persiapan #1 - Pelajari Karakteristik Perusahaan Tech

Perusahaan tech sekarang lebih banyak didominasi sama generasi muda, Millenials dan Gen Z.

Sadar gak sadar, generasi inilah yang akhirnya membuat karakteristik tech company unik!

Tech savvy, suka kebebasan, berpikiran terbuka, fleksibel, kolaboratif, dan lain-lain.

Lalu, kalau dari pengalaman alumni RevoU yang kerja di tech companies.. Sebenernya, tech company itu kayak gimana?

Karakteristik #1 - Budaya Lebih Santai dan Casual

Menurut Indra Setiawan Suhendi, Performance Marketing di Hewania, budayanya tech company tuh santai dan casual!

“Di kantor tuh aku gondrong sendiri, bisa pakai kaos juga. Ngobrol sama teman-teman kantor juga lebih santai!”

Kalau Riza Dwi Wardhana, Digital Marketing Specialist di Sejasa.com, lebih melihatnya dari sisi komunikasi.

“Karena start up identik sama Millenials dan Gen Z, jadinya lebih less communication blocker. Pas mau sampaiin sesuatu atau brainstorm juga lebih enak karena gak ada senioritas."

Karakteristik #2 - Timeline Lebih Fleksibel

“Bisa dibilang, tech company ada masanya lebih santai. Jadi, ada waktu untuk upgrade skill," kata Indra.

"Misalnya, udah selesai kerjain kerjaan, aku biasanya explore hal-hal baru.

Kayak belajar Tiktok Ads, Collaborative Ads (CPAS), atau Media Planning dari Specialization Class-nya RevoU.”

Karakteristik #3 - Mungkin Aja Gak Ada yang Bimbing

Challenge terberatku selama di tech adalah masih perlu dibimbing.

Di sini, aku mostly handle performance marketing sendiri. Mulai dari Meta Ads, Google Ads, Tiktok Ads, Collaborative Ads (CPAS), sampai Marketplace Ads Tokopedia.

Bahkan, di awal kerja, aku sempat handle Content Marketing, KOL, budgeting, dan bikin creative brief,” kata Indra.

Mungkin aja di beberapa tech company baru, kamu justru jadi pioneer-nya untuk urus digital marketing, data analytics, atau product management!

Kalau Indra, ngatasin situasi ini dengan..

“Ikutan Specialization Class RevoU, nanya ke Team Lead, ikutan diskusi sama teman-teman digital marketing lain dan alumni RevoU (salah satunya Chapters Bandung).

Karena ternyata, ada juga yang kayak aku, yang gak ada seniornya. Jadi, kita bahas case study kita bareng-bareng untuk dapetin perspektif lain!

Di RevoU Chapters juga pernah ada diskusi sama experts dan bahas case study. Insightful banget!” lanjutnya.

Karakteristik #4 - Pace Super Cepat

Sebagai Performance Marketing Specialist di Jadijago.com, Alfan Farhani ngerasain pace-nya tech company yang cepet banget!

Tech company itu fast pace. Apalagi di agency, dengan client yang berbeda-beda, harus switch pikiran dengan lebih cepat.

Karena bisa dari meeting A, gak lama ke meeting B dengan client yang berbeda.

Harus ubah pikiran, sesuaiin dengan objective client, campaign plan, dan lain-lain.

Beda halnya dengan di Corporate, seiring berjalannya pengetahuan SDM, baru ada perubahan tingkah laku. Tapi di tech company, kita harus adaptasi sama teknologi yang ada,” kata Alfan.

“Kita juga jadi mesti cepat tanggap sama keadaan market.

Misalnya, waktu itu kenaikan harga BBM, dimana itu mempengaruhi market dan UMKM juga. Aku sebagai Digital Marketer juga harus ngobrol-ngobrol sama experts untuk diskusi gimana cara yang tepat untuk mengatasi hal ini dari sisi digital marketing,” lanjutnya.

Karakteristik #5 - Harus Selalu Adaptasi sama Teknologi

Tech company itu selalu adaptasi sama teknologi, sedangkan Corporate itu lebih lama," kata Ayu Annisa, seorang Digital Analytics Consultant di fifty-five.

"Kalau di kantorku sekarang, kami membantu client untuk bisa lebih familiar dengan teknologi yang lebih kompleks dan fast-moving market.

Untuk menyediakan services itu, kantorku berpartneran dengan Google.

Nah, sebagai konsultan, aku tuh harus selalu update dengan perkembangan teknologi. Salah satunya, Google.

Untungnya, dari kantor dikasih training dan workshop untuk kita bisa up-to-date sama produk-produk Google dan di-training langsung sama orang Googlenya.”

Karakteristik #6 - Individual Growth Lebih Terakselerasi

Riza Dwi Wardhana, Digital Marketing Specialist di Sejasa.com, sebelumnya juga pernah bekerja di tech company seperti Travelio dan Traveloka.

Dari pengalamannya, ia merasa kalau bekerja di tech company itu bisa akselerasi perkembangannya secara individu!

“Aku less than 2 years (di Sejasa.com), lumayan banyak belajar.

Bukan cuma soal digital marketing, tapi business flow, business model, operational, sampai finance.

Jadi, karena timnya belum sebesar Corporate, kita juga akan dilibatkan dalam proses decision making.”

Karakteristik #7 - Selalu Ada Tantangan Baru Setiap Saat

“Di tech company, khususnya startup tiap bulan tantangannya selalu ganti-ganti.

Kalau di Sejasa.com, tantangannya dateng dari market yang colorful dan diverse, ditambah Sejasa.com punya banyak banget kategori jasa.

Jadi, harus stick to the customer themselves.

Harus tau mereka gimana, apa yang akan mereka lakuin kalau dihadapkan dengan situasi-situasi tertentu," jelas Riza.

"Biasanya, aku pakai historical data untuk liat trend kategori jasa di waktu tertentu.

Tapi, perlu juga untuk liat faktor-faktor kualitatif (selera, kompetisi dengan brand lain).

Nah, cara untuk atasi faktor kualitatif ini dengan listen to them (customers) more often.

Bisa cari trend-trend yang digandrungi target market via social media, cari tau persepsi target customer terhadap brand company aku dan kompetitor gimana, hal-hal apa yang mereka sukai, dan lain-lain.

Karakteristik#8 - Pengambilan Keputusan Cepat

M. Rizqi Childnady, Digital Strategist di Sharkmind, membandingkan pengalaman kerjanya saat ini dan saat bekerja di pemerintahan.

"Kalau di corporate/pemerintahan, untuk ngambil keputusan harus nunggu tanda tangan/approval atasan baru bisa jalan.

Berbeda dengan di tech company, kita bisa diskusi dulu dengan atasan dan langsung jalan. Jadi, lebih cepat dalam pengambilan keputusan."

Karakteristik#9 - Harus Proaktif & Manage Waktu Sendiri

"Di tech company, kita harus bisa manage waktu sendiri karena gak semuanya didikte sama atasan.

Setiap hari juga harus bikin task management sendiri, supaya gak ngasih false promise juga. Ini juga untuk make sure tasks yang dikasih ke kita dikerjakan semua," lanjut Rizqi.

Karakteristik#10 - Harus Selalu Adaptasi sama Trend Market

"Misalnya di tahun lalu, performa kita udah bagus di marketplace.

Tapi, di tahun ini Tiktok Shop mulai booming. Jadi, kita coba shifting juga ke Tiktok Shop.

Ada juga perubahan taktik yang harus dilakuin.

Misalnya, di Tiktok Shop itu harganya cenderung murah. Jadi, kita coba ubah taktik juga. Yang biasanya kita branding sebagai skincare premium, kita coba buat yang mini size supaya harganya lebih terjangkau," kata Rizqi.

Karakteristik #11 - Jenjang Karir Gak Cuma ke Atas

"Biasanya kan, kalau kerjaan itu naik ke atas (di dalam 1 jalur karir).

Tapi, aku di sini bisa belajar juga skill-skill yang ke samping.

Misalnya sekarang aku growth, bisa belajar data analytics juga untuk nantinya jadi Marketing Analyst," kata Rizqi.

Jadi berkembang juga dari T-shaped Marketer, jadi M-shaped Marketer!

Persiapan Work-Life Lebih Enak

Dari Karakteristik #4 tech company yang kerjanya serba cepat, kadang-kadang bisa muncul hustle culture (kerja buru-buru dan minim istirahat).

Tapi, supaya bisa perform dengan baik, memprioritaskan mental health, alias punya work-life balance itu penting banget!

Nah, apa aja yang perlu disiapin supaya kamu bisa punya work-life balance pas kerja di tech company?

Persiapan #2 - Latih Time Management

“Inget kalau gak semua-muanya harus dikejar hari itu.

Harus tau juga boundaries diri sendiri supaya gak gampang burn out.

Kalau weekend waktunya main, ya main.

Atau kalau harus lembur after office, lebih baik dibatasi kerja sampai jam berapa supaya gak burn out.

Jangan berlarut-larut dan jangan tiap hari juga lembur kayak gitu,” saran Alfan.

Persiapan #3 - Tingkatin Rasa Percaya Diri

“Kalau kita gak PD pas ngomong, apalagi di agency, dimana kita harus pitch ke client..

Kalau kitanya gak PD sama campaign plan yang kita buat, untuk apa client hire kita?

So, asah skill komunikasimu, khususnya intonasi!” kata Alfan.

Persiapan #4 - Siapkan Mental

Menurut Ayu, persiapan mental sebelum kerja itu penting.

“Karena akan ada perbedaan ketika kuliah sama kerja, dimana kerja itu gak lagi disuapin materi-materinya kayak kuliah”

Persiapan #5 - Punya Kemauan Belajar

“Banyak orang yang ngira kalau belajar berhenti di kuliah aja.

Padahal, kalau kita kerja, justru kita mesti lebih banyak belajar lagi.

Jadi, rajinlah Googling dan nanya," kata Ayu.

Sebelum masuk RevoU, aku udah kerja di startup digital marketing.

Ketemu leader yang ngajarin, tapi tetap aja harus belajar-belajar sendiri.

Aku awalnya nanya ke banyak orang dan tiap orang punya perspektifnya masing-masing. Akhirnya, jadi terlalu meluas jawabannya dan bikin bingung.

Dari sini, aku belajar juga untuk nanya pertanyaan yang tepat ke orang yang tepat. Tanya yang berbobot, jangan cuma yang sekadar bisa di-Google aja.

- Ayu Annisa, Digital Analytics Consultant di fifty-five

Persiapan #6 - Riset Dulu, Lalu Adaptasi

“Sebelum ngelamar kerja, kepoin dulu company-nya!

Visi, misi, dan kulturnya. Coba tanya-tanya orang yang kerja di situ atau cari dari Glassdoor.

Jadi, pas udah masuk, udah tau konsekuensinya gimana dan udah tau bakalan siap atau gak,” kata Gregorius Adhisakti Pradana, Digital Marketing Account Coordinator (DMAC) di RevoU.

Riza juga setuju sama hal ini!

Make sure what you’re about to face. Industrinya, role-nya.

Soalnya, di tech company cukup tricky. Karena kadang-kadang bebannya ringan, tapi at certain point bisa numpuk, jadi fluktuatif gitu.

Gimana cara risetnya?

Kalau udah ada pengalaman sebelumnya, aku akan benchmarking dari pengalaman sebelumnya.

Tapi kalau belum ada, bisa browsing di Glassdoor tentang kerjaannya itu kayak gimana,” kata Riza.

Lalu, gimana maksudnya adaptasi?

Kadang, meskipun udah diriset, akan ada hal-hal yang mungkin gak sesuai sama pemikiranmu.

Maka, harus adaptasi untuk bisa survive!

“Kalau udah kecemplung dan kerjaannya beda banget di luar job desc-nya, better komunikasiin ke direct report (atasan).

Misalnya, soal KOL (di luar job desc Performance Marketing), better komunikasiin ke direct kita.

Aku akan bilang ‘Kayaknya, we need someone to help next time. Mungkin boleh kerjasama sama tim konten, tim sosmed,” lanjut Riza.

Persiapan #7 - Belajar Komunikasi dengan Tim

“Di tech company, kita butuh tektokan banyak sama tim (internal dan eksternal). Kalau komunikasinya gak baik, bisa-bisa salah jalanin campaign!

Disuruhnya jalanin campaign A, malah jalanin C. Akhirnya malah jadi buang-buang budget client, kan kacau,” kata Alfan.

Greg pun punya pendapat yang sama soal komunikasi dengan tim!

“Komunikasi itu penting, apalagi kalau company-nya itu work remotely. Bisa jadi agak kesulitan.

Cara aku asah skill komunikasi:

  • Observe orang lain. Nonton rekaman dari DMAC lain, gimana caranya mereka kasih feedback ke students. Biar mereka bisa mendengar feedback-nya dengan lebih baik dan membangun, bukan kritik yang destruktif. Jadi, aku belajar mencontoh juga.
  • Memberanikan diri untuk praktek. Setelah praktek, tetap terbuka sama kritik dan masukan yang ada dari orang lain. Mungkin dari atasan, sesama tim, client/students.
  • Rajin nanya. Kalau kita gak ngerti, tanya aja!” lanjutnya.

Persiapan #8 - Belajar Terbuka sama Feedback

“Harus mau terbuka dan terima feedback, karena dari situ kita bisa belajar lebih banyak.

Kemauan belajar juga harus terus ada, karena tech company tuh berubah-ubah terus! Akan ada update-update baru lagi,” lanjut Greg.

Persiapan #9 - Siapkan untuk Hal Terburuk alias Plan B

“Gak cuma hal-hal optimistik aja yang harus kita pikirin, tapi hal-hal terburuk juga.

Di digital marketing, bisa aja kita udah running campaign dengan budget sekian, tapi ternyata gak datengin leads/sales. Itu juga yang harus kita siapin dan harus berani untuk decisive!” saran Riza.

Persiapan #10 - Find Something to Fight for

“Sebelum kerja dimana pun, find something to fight for. A greater and bigger reason," kata Riza.

"Kayak misalnya di Sejasa.com ini, aku ngeliatnya mereka ngebantu UMKM penyedia jasa di Indonesia.

Jadi, meskipun aku kerja sebagai digital marketer, tapi aku nemuin reason kalau apa yang aku kerjain ini, baik langsung atau gak langsung tuh kasih impact juga untuk mitra-mitranya.

Menurut aku, buat menemukan reason, gimana caranya apa yang mau kita kerjakan menjadi sesuatu yang meaningful itu penting banget. Supaya kita gak gampang nyerah juga!”

Cara Upgrade Pengetahuan & Skill

Kelima alumni RevoU ini selalu bilang kalau terus belajar, upgrade pengetahuan dan skill itu penting banget ketika kamu kerja di tech company!

Karena dunia teknologi akan update terus-menerus, kalau kamu gak terus upgrade diri, bisa jadi kamu lama-kelamaan akan underperform dan gak survive.

In order to survive, gak cuma selama di sini (kantor sekarang), tapi ke depannya juga kan harus survive juga.

Karena waktu kan terus berjalan, yang lebih muda akan selalu muncul.

Gak menutup kemungkinan kalau nanti yang justru sekarang aku ajar bisa jadi partner aku ke depannya.

So, harus belajar juga! Terutama belajar mendengar, daripada berkomentar.

- Gregorius Adhisakti Pradana, Digital Marketing Account Coordinator di RevoU

Lalu, gimana cara keenam alumni ini belajar dan upgrade skill mereka?

Persiapan #11 - Pahami Gimana Cara Kamu Belajar

"Aku baru nemuin caraku ini setelah baca You Do You dari Fellexandro Ruby.

Aku baru tau kalau aku ini orangnya kinetik. Yang harus catet, tulis, atau ketik ulang daripada hanya membaca doang.

Jadi, aku paling suka mencatat biar lebih gampang memahami suatu informasi!" kata Rizqi.

Persiapan #12 - Search Topik Tertentu di Google

“Biasanya, aku pulang kerja tetap buka laptop lagi. Sempat-sempatin untuk belajar.

Salah satunya searching di Google by topic, terus belajar dari Reddit. Tapi, masih keterbatasan bahasa (karena Inggris), jadi belajarnya pelan-pelan,” kata Indra.

Persiapan #13 - Baca, Lalu Cari Video Tutorial

Indra punya kebiasaan untuk baca dulu, lalu cari video tutorial untuk pemahaman praktisnya.

“Dulu, aku lebih suka nonton.

Tapi sekarang, justru lebih banyak baca karena bisa dapet banyak informasi dalam waktu yang lebih singkat.

Cuma kan, kadang suka bingung gimana cara terapinnya. Jadi, aku tambahin dengan nonton video tutorialnya.”

Kalau yang lebih suka baca, bisa ikutin caranya Alfan! Baca Medium, thread Twitter, dan LinkedIn.

Persiapan #14 - Ikut Komunitas

“Ikut komunitas sesuai industri atau role.

Misalnya aku, ikut komunitas agency dan digital marketer (misalnya Komunitas Digital Marketing Indonesia). Aku juga bisa ngobrol sama jajaran Director!

Ini akan kasih insights yang banyak juga soal bisnis dan best practice digital marketing!” saran Alfan.

Persiapan #15 - Reach Out Experts

“Kurang lebihnya mirip kayak pas lagi cari kerja. Gapapa banget untuk reach out experts di LinkedIn!

DM aja dan tanya-tanya ke mereka. Biasanya, aku tanya-tanya ke Head of Digital Marketing dari agency lain, maupun praktisi digital marketing lainnya,” kata Alfan.

Gak cuma di LinkedIn aja. Tapi sebagai Alumni RevoU, kamu juga bisa tanya-tanya alumni dan experts lainnya di channel #discussion di Slack RevoU Community, loh!

Persiapan #16 - Diskusi Bareng

“Aku paling suka diskusi bareng.

Pastinya, sebelum diskusi harus literasi (baca hal-hal dasar) atau setidaknya 20-minutes rule of self learning dulu.

Walaupun sekarang udah semudah apapun kita mengakses pendidikan, tapi menurutku diskusi tetap penting.

Karena bisa nambah perspektif baru. Kita butuh perspektif lain yang mungkin gak bisa kita liat. Dan kita bisa tau itu dengan cara mendengar dan diskusi sama orang lain," kata Greg.

Selain diskusi bareng sama teman-teman kelompok, sebagai Alumni RevoU juga ada RevoU Chapters, loh!

“Di Chapters itu seru! Soalnya, bisa ketemu sama orang-orang yang asalnya sama kayak kita.

Bisa nambah networking, sharing-sharing ilmu, dan diskusi juga,” kata Indra.

Persiapan #17 - Ikut Course (e.g. Specialization Class RevoU)

Ini sih jadi andalan kelima alumni RevoU ini!

“Setelah kerja tuh baru ngerasain ilmu-ilmu dari Full Stack ternyata masih permukaan! Butuh diperdalam lagi sama Specialization Class,” kata Indra.

Kalau menurut Alfan, dari kursus dan Specialization Class, ia jadi bisa dapat practical tips!

“Aku harus ambil kursus untuk bisa ngerti secara terstruktur. Dapet insight, bisa bikin campaign structurenya.

Jadi, setidaknya kalau ada teman atau tim yang baru join, aku bisa kasih insight ke mereka apa yang sebaiknya dilakuin. Ataupun ajarin UMKM, karena gak semua UMKM tuh ngerti gimana cara eksekusinya.”

Nah, ada kelas apa aja sih?

Ada macam-macam topik sesuai spesialisasimu, kayak Tiktok Ads, SEO Copywriting, Media Planning and Budgeting, App Store Optimization, dan masih banyak lagi!

Cari tau kelas yang bisa kamu ikuti sekarang di sini.

Apa aja yang para alumni ini dapat dari RevoU Specialization Class?

#1 Tiktok Ads

(Cek materi dan daftar di sini)

"Aku ikut Tiktok Ads karena udah mulai dipakai di kantor, khususnya untuk event-event offline. Supaya lebih banyak orang yang aware dan mau datang ke event itu!

Waktu aku coba Tiktok Ads, aku kombinasikan dengan video dari KOL. Impactnya booth kita ramai banget pas event!" cerita Indra.

"Dari kelas ini, aku bisa utilize Tiktok Ads Manager dan buat konten Tiktok.

Dapet mindset gimana cara ciptain ads yang gak kayak ads!

Karena untuk ajak orang ngelakuin certain actions, gak cukup dengan breaking down benefits, features, USP, tapi dari segi ads pun bisa acceptable, menarik, dan menghibur.

Gak cuma jualan aja, tapi gimana caranya konten-konten yang kita publish itu autentik.

So, start with their problems rather than start with our sharing points!" kata Riza.

#2 Marketplace and CPAS

(Cek materi dan daftar di sini)

"Lesson learned setelah ikut kelas CPAS adalah, ternyata konsep CPAS itu sama dengan Meta Ads yang biasanya.

Better broad dulu, baru retargeting. Setelah berjalan sebulan, baru jalanin retargeting.

Setelah aku lakuin itu, ada kenaikan ROAS di Marketplace clientku sebanyak 5-9x lipat!" cerita Alfan.

#3 Advanced Marketing Proposal & Budget Allocation (MPBA)

(Cek materi dan daftar di sini)

"MPBA ini kepake banget di kerjaan aku yang dulu, karena di bagian strategi.

Nyusun deck, alokasi budget, jadi pola pikirnya kebentuk dan dipake pas diskusi sama client.

Jadinya, aku bisa nunjukkin additional value juga ke atasan kalau aku punya skills dan kerja extra miles!" cerita Greg.

#4 KOL Marketing

(Cek materi dan daftar di sini)

"Aku sebenarnya belum benar-benar praktekin KOL Marketing.

Tapi, aku pakai untuk bantuin students untuk project KOL mereka. Dari Specialization Class ini, aku jadi bisa kasih tips yang lebih practical dan insightful!" kata Greg.

#5 Growth Hacking

(Cek materi dan daftar di sini)

"Yang paling aku implementasiin adalah setiap ada perubahan, harus dicatet.

Karena dari kelas Growth ini, aku belajar kalau setiap ada growth, itu bukan tiba-tiba langsung naik.

Tapi juga ada beberapa perubahan strategi dari yang kecil-kecil sampai akhirnya nemuin strategi ideal yang menghasilkan growth paling tinggi!

Bahkan, sekarang lagi dicoba bangun divisi baru (di kantor) dengan nama Growth Marketing. Ini aku yang megang," kata Rizqi.

Mau tau ilmu-ilmu praktis yang didapat dari Specialization Class lainnya? Cek "Apa Kata Alumni tentang Specialization Class?"!

Persiapan #18 - Ikut Webinar

Selain course, Ayu juga suka ikut webinar untuk tetap up-to-date sama perkembangan tech!

“Biasanya aku ikut webinar, salah satunya Ad World untuk asah skill. Kalaupun belum bisa dipraktekin, setidaknya aku jadi tau update terkini soal tech.

Insights yang didapat juga berguna, karena aku jadi jembatan untuk client dan tim teknikal yang eksekusi.”

Persiapan #19 - Aplikasikan yang Udah Dipelajari

“Tiap bulan, aku selalu alokasiin budget untuk ikut course.

Tapi, gimana caranya supaya ilmu dari course ini bisa aku apply secepat mungkin!

Karena kalau misalnya kita agak lama applynya, bisa jadi kita udah lupa atau ilmunya udah ketinggalan.

Bisa diaplikasikan di company yang sekarang atau explore bareng teman-teman,” saran Riza.


Mau kerja di start up impianmu?

Di RevoU, ada Career Support dengan 1-on-1 career coaching yang bisa membantumu mendapatkan karir impian!

Bahkan, setelah kamu jadi alumni, kamu masih bisa mempertajam skill di Specialization Class!

Belum jadi Alumni?

Kamu juga bisa coba merasakan gimana jadi student di RevoU selama dua minggu secara gratis di RevoU Mini Course (MC), loh! Cek selengkapnya di sini!

  1. RevoU Digital Marketing MC
  2. RevoU Data Analytics MC
  3. RevoU Product Management MC

Kalau masih bingung, kamu bisa tanya-tanya ke Admin RevoU via DM Instagram juga ya!

Hub Karier

Ervina Desiviola

Ervina is a Content Writer Executive at RevoU. She loves to share some stories through writings. Drowning in thousands of books by developing Fierofea Books (NGO for book donations in Indonesia)!