Panduan Laporan Digital Marketing

Seorang digital marketer dituntut untuk bukan hanya memiliki kemampuan menjalankan kampanye, namun juga mengukur performanya dan melaporkan kepada perusahaan. Artikel ini akan memberikan panduan agar kamu bisa menyusun laporan digital marketing yang dapat membantu stakeholder mengambil keputusan.

Introduction

Apakah kamu pernah mendengar istilah data-driven? Ketika sebuah perusahaan menggunakan pendekatan “data-driven”, berarti semua keputusan strategis didasarkan dari analisa dan intepretasi data. Digital marketing, sebagai salah satu bagian dari perusahaan, memiliki keunggulan yaitu kemudahan dalam tracking kampanye dan mendapatkan data secara real-time, maka pendekatan data-driven sangat bisa diaplikasikan.

Namun, apa yang dapat memudahkan perusahaan untuk mengambil keputusan yang data-driven? Yaitu dengan memiliki laporan digital marketing yang update dan akurat.

Ketika menyusun laporan digital marketing, kamu harus memahami dahulu tujuan dari laporan tersebut. Pada umumnya, tujuannya mencangkup:

  • Memonitor data jika ada sesuatu yang janggal atau menemukan sebuah tren
  • Mengukur performa untuk mengevaluasi strategi yang gagal dan berhasil
  • Melakukan optimasi agar semakin mendekati “goal” yang ditentukan dengan efektif
  • Mengambil keputusan dan mengatur strategi berdasarkan data

Berdasarkan dengan tujuan, maka laporan digital marketing dapat dibuat pada skala bulanan, mingguan, bahkan harian. Sebagai contoh; kamu harus memonitor data kampanye setidaknya setiap hari untuk mengantisipasi jika ada iklan yang bocor, atau kamu dapat melakukan optimasi berdasarkan data setiap satu atau dua minggu sesuai dengan learning phase setiap platform. Pada akhirnya, seberapa sering kamu membuat laporan juga akan menyesuaikan dengan kebutuhan klien/perusahaan.

Penyusunan Laporan Digital Marketing

Berikut ini kita akan membahas langkah praktik dalam menyusun laporan digital marketing. Kita akan menggunakan contoh laporan untuk paid channels, namun konsep ini tetap bisa diterapkan di channel lainnya.

STEP 1 - Seleksi Data

Langkah pertama adalah mengidentifikasi metriks yang diperlukan sesuai dengan KPI yang ditentukan. Jika kamu membuka dashboard Google Analytics, Facebook Ads Manager, Google Ads, dan lainnya; maka kamu akan disuguhkan dengan banyak sekali data dan metriks. Namun, klien maupun perusahaan biasanya hanya tertarik dengan beberapa metriks saja dan melaporkan semuanya justru dapat membuat mereka kewalahan.

Contoh Dashboard Facebook Ads Manager. Pilih metriks yang dibutuhkan (kotak hitam) pada custom column (kotak merah) lalu unduh melalui report export table data (kotak hijau)

Dalam e-commerce, metriks yang wajib untuk dilampirkan adalah:

  1. Conversion
  2. Cost [$]
  3. Revenue [$]

Selain itu, ada metriks turunan yang bisa ditambahkan yaitu:

  • Cost per Result [$]
  • ROAS/Return on Ad Spend
  • Average Order Value [$]

Perusahaan pada dasarnya akan memperhatikan “Return on Investment (ROI)”- berapa biaya yang dikeluarkan untuk kampanye marketing, dan berapa hasil revenue maupun jumlah penjualan yang didapatkan dari biaya tersebut. Maka, metriks yang berhubungan dengan informasi tersebut wajib ada ketika membuat laporan untuk perusahaan.

Contoh Dashboard Google Ads. Pilih metriks yang dibutuhkan (kotak hitam) pada custom column (kotak merah) lalu unduh melalui download (kotak hijau)

Selain itu, ada beberapa, sebagai digital marketer ada metriks lain yang perlu kamu perhatikan:

  • Click
  • Impression
  • CPC/Cost per Click [$]
  • CTR/Click-through-Rate [%]
  • Bounce Rate [%]
  • Frequency
  • Quality Score
  • Conversion Rate [%]

Metriks ini biasanya tidak menjadi prioritas utama klien, maka laporkan jika ada penemuan menarik saja. Di lain sisi, data ini sangat penting untuk internal tim marketing agar memonitor dan mengevaluasi targeting maupun ad yang dijalankan.

Catatan: Ketika memilih metriks tambahan lain, kamu bisa memulai dengan argumen yang ingin disampaikan dan mencari data/metriks yang bisa mendukung hipotesa tersebut.

STEP 2 - Mengolah dan Visualisasi Data

Data yang sudah dipilih kemudian dapat diunduh dan dapat diproses melalui berbagai tools. Yang paling umum digunakan adalah Google Sheets atau Microsoft Excel. Agar raw data juga dapat diakses oleh para stakeholder dengan mudah, maka disarankan untuk menggunakan Google Sheet yang online. Ada beberapa rumus yang wajib kamu kuasai jika menggunakan tools ini: pivot table, vlookup/hlookup, filter, sum/count/average. Untuk mempelajari berbagai rumus Google Sheet, cek di sini. Agar mudah dimengerti, data kuantitatif yang sudah diolah di tabel kemudian perlu divisualisasikan dengan menggunakan chart/grafik. Ada 2 jenis dasar yang perlu dikuasai yaitu Bar Chart dan Line Chart, beserta beberapa turunannya seperti gambar berikut:

Selain itu, sekarang sudah ada pilihan lain yang lebih memudahkan digital marketer untuk melakukan otomatisasi laporan yaitu Google Data Studio. Ini adalah tools yang disediakan oleh Google untuk memudahkan visualisasi data yang tersambung langsung ke platform seperti Google Ads, Youtube Analytics, Google Analytics, dan platform google lainnya. Di awal, kamu perlu memberikan upaya ekstra untuk membentuk dashboard yang informatif namun juga atraktif secara visual. Namun jika sudah terbentuk, kamu hanya perlu mengganti Date Range di setiap minggunya dan data otomatis akan berganti di dashboard tersebut. Pilihan chart yang tersedia kurang lebih serupa dengan Google Sheet, ada Bar Chart, Line Chart, Pie Chart dan tambahan menarik lain seperti Scorecard dan Geo chart.

Contoh Template dari Google Data Studio. Ada source data (kiri atas), date range (kanan atas), score card, line chart dan geo chart.

Catatan: Ingat untuk memastikan bahwa periode waktu tepat dan konsisten. Misalkan, hitungan periode mingguan (7 hari) adalah dari hari Sabtu sampai Jumat minggu depannya. Tidak ada ketentuan yang baku untuk ini, namun pastikan untuk selalu konsisten supaya tidak ada data yang overlapping.

STEP 3 - Analisa Data dan Actionable Optimization

Ketika sudah memiliki visualisasi data yang jelas, maka kita dapat dengan mudah membaca tren dan performa dari kampanye, targeting, maupun kreatif iklan. Satu hal yang perlu dipahami adalah angka tidak bisa berdiri sendiri, ia harus memiliki pembanding (benchmark) sehingga pembaca dapat mengukur keberhasilannya. Pembanding bisa berasal dari data umum; misalnya rata-rata conversion rate untuk industri kamu adalah x%, atau juga dari data sendiri seperti membandingkan kampanye A dan B. Kamu juga bisa menganalisa data dengan membandingkannya dari week per week, MTD to MTD, bahkan Q per Q-- apakah angkanya meningkat atau menurun? Apa alasannya?

Yang diinginkan adalah:

Jika data yang ditemukan tidak sesuai dengan target tersebut, maka kita harus melakukan actionable optimization. Misalkan; CTR rendah berarti orang kurang tertarik untuk klik varian iklan tersebut maka mungkin perlu mengganti ads kreatifnya, atau jika Bounce Rate tinggi berarti visitor yang mengunjungi landing page langsung keluar maka mungkin perlu memperbaiki kualitas, relevansi maupun kecepatan landing pagenya.

Data-driven berarti bagaimana angka bisa berkata sesuatu (insight) dan pada akhirnya mengarahkan pembaca untuk mengambil langkah strategi yang tepat (recommendation). Jadi jika hanya dibaca saja tanpa melakukan perubahan agar optimal, laporan data itu akan sia-sia. Maka, actionable optimization menjadi panduan kita untuk langkah berikutnya dan menjadi awal pembahasan di laporan berikutnya.

Catatan: MTD adalah Month to Date/tanggal sampai bulan ini, Q adalah Quarter/triwulan

Presentasi Laporan Digital Marketing

Ada kalanya membaca laporan melalui Google Data Studio maupun Google Sheet dinilai cukup. Namun ketika berhadapan dengan klien atau stakeholder lain, kita perlu membuat presentasi agar informasi dapat mudah ditangkap oleh pembaca. Dalam sebuah presentasi Laporan Digital Marketing, secara ringkas hal yang disertakan adalah:

  1. Summary
  2. Hasil kampanye
  3. Hasil targeting
  4. Hasil kreatif
  5. Insight dan actionable plan
  6. Lain-lain (kebutuhan dari departemen lain, budgeting, dsb)

Summary menampilkan ringkasan data performa seluruh channel digital marketing (blended): total biaya yang dikeluarkan, conversion maupun revenue yang didapatkan, dan channel yang menghasilkannya. Dengan ini pembaca dapat mengevaluasi channel marketing mana yang berkontribusi dan sesuai dengan bisnisnya.

Pada hasil kampanye dan targeting, pembaca dapat membandingkan performa antar kampanye maupun targeting agar pada akhirnya dapat mengambil keputusan pada budgeting dan bidding, keyword, audiens, lokasi, goal, penempatan dan lainnya untuk menambah, mengurangi atau bahkan memberhentikannya.

Untuk hasil kreatif, data dapat digunakan juga untuk membandingkan hasil A/B testing kreatif iklannya untuk mengetahui varian yang sesuai bagi audiens yang ditentukan. Ketika ingin melakukan A/B testing, pastikan hanya satu elemen saja yang berbeda antara varian A dan B agar kesimpulan yang ditarik dapat lebih akurat. Dalam kreatif ads, frekuensi juga perlu diperhitungkan agar audiens tidak mengalami ad fatigue.

Langkah terakhir adalah untuk menutup dengan kesimpulan yang didapatkan dari data pada periode laporan ini: apa yang berhasil dan apa yang tidak berhasil. Kemudian, kamu perlu menyampaikan optimasi apa yang akan kamu lakukan untuk kedepannya didasari dengan reasoning yang kuat dan jika ada kebutuhan yang berhubungan dengan departemen lain juga dapat disampaikan saat laporan ini. Jika mendapat persetujuan, tugasmu berikutnya adalah menjalankan rencana tersebut dan melaporkan hasilnya kembali di presentasi berikutnya.

Penutup

Dalam digital marketing, ini adalah siklus workflow yang dilakukan terus menerus-- melakukan A/B Test , mengevaluasi performa, menyusun strategi berdasarkan data, dan kembali ke A/B Test lagi --dengan harapan budget yang dikeluarkan dapat dimanfaatkan dengan optimal untuk mendapatkan hasil yang maksimal. Memiliki laporan Digital Marketing adalah cara untuk mempermudah mengambil keputusan yang tepat.

Di RevoU, murid dilatih untuk dapat menjalankan kampanye, mengevaluasi dan melaporkannya secara mingguan saat mengerjakan tugas individu, proyek kelompok maupun dalam program apprenticeship. Dalam 3 bulan, kamu akan mempelajari kurikulum full-stack Digital Marketing yang terdiri dari Budgeting dan Performance Measurement, Analytics, Facebook Ads, Search Engine Optimization (SEO), Content Marketing, Social Media Marketing, dan Customer Relationship Management (CRM). Materi akan diberikan langsung oleh instruktur profesional yang bekerja di startup ternama seperti Tokopedia, GoJek, Bukalapak, Traveloka, dan Grab yang juga akan memberikan feedback langsung terhadap laporan mingguan kamu. Setelah itu, kamu juga diberikan pilihan untuk dapat mengikuti program magang di RevoU Labs dan berhadapan langsung dengan klien dari Indonesia, Singapura, bahkan Amerika Serikat. Tidak hanya di kelas, kemampuan membuat laporan digital marketing juga akan terlatih tentunya dengan bantuan dari Project Manager RevoU sebagai mentor.

Tertarik untuk mempelajari program ini lebih lanjut?

Kunjungi laman kami di revou.co

Teaching driven individuals the skills they need to accelerate their career in the tech industry