4 Profesional yang #BeraniLawanStigma tentang Kerja Sebagai Tech Sales
Di Expert Roundup ini, RevoU undang 4 profesional tech sales buat menanggapi stigma pekerjaan mereka dan menjelaskan tech sales itu sebenarnya bagaimana.
“Tech sales itu… jualan komputer ya?”
“Tech sales itu duitnya sedikit?”
Biarpun kita sekarang hidup di dunia yang serba digital dan bergantung sama teknologi, masih banyak yang kita belum tahu tentang pekerja tech, seperti profesional tech sales. Terkadang, kita akhirnya membuat asumsi dan stigma negatif tentang orang-orang yang memiliki peran yang sebenarnya kita butuhkan dalam kehidupan di era digital ini.
Untuk membalas stigma tersebut dan menjelaskan betapa pentingnya pekerjaan tech sales, RevoU undang 4 alumni program Tech Sales untuk sebuah Expert Roundup.
4 alumni yang diundang datang dari latar beragam: ada yang terakhir tamat dari SMK, dan adapun yang masih berkuliah. Ada yang lulus kuliah dengan latar pendidikan di teknik, dan ada yang sedang menjadi Direktur bisnis. Dari semua perbedaan itu, persamaan yang mereka miliki adalah: hidup mereka semua telah berubah untuk lebih baik sejak belajar tech sales.
Ali, yang terakhir tamat SMK, sekarang bekerja sebagai Business Development Specialist di Sitebeat. Bahkan, Ali diajak untuk bekerja di perusahaan lain saat ia masih di tengah menyelesaikan program Tech Sales RevoU.
Bakti sekarang masih duduk di bangku kuliah sambil magang sebagai Sales Development Representative di Brick dengan harapan menjalankan bisnisnya sendiri suatu hari dengan hal-hal yang ia pelajari dari tech sales.
Della lulus dari jurusan teknik dan awalnya meremehkan dirinya sendiri karena bekerja di sales. Sekarang, ia bekerja sebagai Business Manager di MUFIT dan justru merasa menemukan panggilannya dan dapat membantu orang lain melalui pekerjaannya.
Yenny telah bekerja sebagai Direktur di TX Travel City Garden selama hampir 4 tahun, tapi masih ingin menekuni tech sales karena ia percaya tech sales bisa membawa solusi inovatif ke prospek bisnis dan menjawab permasalahan (pain points) yang dimiliki prospek.
Keempat alumni dan profesional tech sales ini dihadapkan dengan 7 stigma dan pertanyaan yang diajukan user Twitter ke RevoU:
- Tech sales kerjaannya jualan komputer?
- Tech sales itu kerjaannya “door to door”?
- Tech sales manipulatif?
- Tech sales itu duitnya sedikit?
- Tech sales itu gak jelas prospek karirnya?
- Tech sales itu cuman buat ekstrovert yang banyak ngomong ya?
- Tech sales itu yang penting praktek, gak perlu belajar teori?
Berikut tanggapan mereka.
#1 Tech sales kerjaannya jualan komputer?
Ali: Engga. Di tech sales, kita jual “Software as a Service” (SaaS). Platform kita bisa bantu untuk scale up bisnis, baik untuk meningkatkan pendapatan mereka atau mengurangi resiko.
Bakti: Kalau saya sendiri di company yang sekarang, kita membantu financial services untuk memiliki koneksi lebih baik dengan data financial user.
Della: Tech sales itu tentang gimana menghubungkan pelanggan dengan teknologi yang dapat membantu mereka menemukan solusi dengan bantuan teknologi.
Yenny: Tech sales lebih fokus ke menyediakan win-win solutions, menyediakan manfaat dari produknya daripada fokus ke menjual fitur produk.
#2 Tech sales itu kerjaannya “door to door”?
Ali: Sebagai tech sale, kita lebih fokus hubungin calon klien kita via online.
Bakti: Door to door nya tuh via Linkedin, email... bisa sambil rebahan. Bisa menyesuaikan sama productivity.
Della: Engga. Di tech sales, hal pertama yang harus kita tahu itu siapa pelanggan ideal kita. Kalau sudah, kita bisa memikirkan strategi untuk propose value untuk sebuah masalah yang dihadapi perusahaan.
Yenny: Kita kerja online. Kita menggunakan teknologi, terutama internet sehari-harinya. Kita juga menggunakan platform seperti LinkedIn sebagai media sosial utama dan juga tools seperti Hubspot, Salesforce dan Zoho.
#3 Tech sales manipulatif?
Ali: Engga. Justru sebagai tech sales fokus utamanya bukan jualan, tapi gimana kita bisa menyediakan solusi untuk masalah klien kita dan juga apa yang bisa kita kasih ke mereka untuk scale up bisnis mereka.
Bakti: Ya, memang kadang harus bisa sugarcoating untuk bisa capai tujuan kalian. Begitu kan di hidup?
Della: Kalau dari aku sendiri, aku intensinya gak pernah untuk menipu. Satu-satunya intensi ku hanya untuk membantu.
Yenny: Ini tentu tidak benar. Memang beberapa orang lebih elokuen daripada yang lain, tapi kalau kamu berusaha memahami perspektif mereka, berusaha memahami manfaat dari produk atau jasa yang ditawarkan, kamu akan berterima kasih dengan mereka dan bukan menganggap mereka mengganggu.
#4 Tech sales itu duitnya sedikit?
Ali: Bayaran nya lumayan bagus kok. Berdasarkan pengalaman saya sebagai tech sales, komisinya bisa 15-30% berdasarkan deal yang ditutup.
Bakti: Kalau dari saya sendiri, sekarang saya mendapatkan base salary dan mendapatkan komisinya. Komisi ini berdasarkan lead generation kita, berapa prospek bisa kita bawa ke meeting.
Della: Bisa benar, kalau kamu gak kerja dengan baik. Sales itu berdasarkan performa. Semakin kamu rajin, semakin kamu persisten, uang yang kamu dapatkan tidak bisa dibayangkan; nominalnya tidak terbatas.
Yenny: Uang banyak atau sedikit tergantung dari perspektif masing-masing orang, tapi saya percaya dengan bekerja keras dan bekerja cerdas. Fokus saja dengan apa yang dikerjakan, dan uangnya akan datang.
#5 Tech sales itu gak jelas prospek karirnya?
Ali: Justru di Tech Sales, jenjang karirnya terbuka banget. Di 2021 ini aja ada 7 Decacorn, 2 Unicorn, dan lebih dari 2,000 startup baru. Mereka butuh kita sebagai tech sales untuk membangun relasi ke client mereka, yang gabisa dilakuin AI atau mesin.
Bahkan, pas saya baru 2 bulan di RevoU, ada perusahaan SaaS lain yang approach saya. Kebetulan perusahaan yang nawarin saya sekarang ini company partner RevoU.
Bakti: Kalau gak ada sales, gak ada pendapatan, gak ada bisnis. Artinya semua bisnis perlu sales.
Della: Engga, ini stigma salah. Di tech sales semua berdasarkan performa, dan kita justru bisa naikin itu dalam waktu singkat.
Yenny: Tech sales memiliki jenjang karir yang jelas. Jika kamu tertarik di divisi sales, kamu bisa jadi Vice President of Sales. Jika kamu suka mengembangkan perusahaan kamu bisa jadi Vice President of Business Development. Jika kamu tertarik membangun networking dengan perusahaan lain, kamu bisa masuk divisi CRM.
#6 Tech sales itu cuman buat extrovert yang banyak ngomong ya?
Ali: Kelebihan seorang introvert di tech sales adalah, kita bisa lebih fokus dengerin klien kita. Karena sebenarnya klien lebih suka didengerin, ketimbang dengerin kita ngomong.
Bakti: Saya tidak pernah mengotak-ngotakkan orang itu ambivert, introvert, atau extrovert. Di akhirnya, sales tentang membangun koneksi dengan orang.
Della: Memang secara kecenderungan aku orangnya memang agak sedikit extrovert. Tapi dalam mengerjakan pekerjaan sehari-hari, salah satu skill yang paling dibutuhin itu active listening.
Yenny: Ini mitos. Banyak orang introvert berhasil sebagai sales, salah satunya instruktor kita, Patrick. Active listening adalah salah satu skill yang paling penting dimiliki, maka banyaklah mendengar dan kurangi bicara.
#7 Tech sales itu yang penting praktek, gak perlu belajar teori?
Ali: Praktek memang penting, tapi teori sama pentingnya. Di RevoU Course ini, kita belajar delivering value proposition, membangun relasi dengan klien, pakai prospecting tools, dan itu gampang banget. Tech sales bukan rocket science. Kalau teman-teman ikutin steps yang diajarin dan kerja keras, pasti hasilnya akan bagus.
Bakti: Gak setuju, karena saya mempercayai diperlukan keseimbangan praktek dan teori untuk suatu keilmuan.
Della: Teori juga penting, praktik juga penting, tapi ada yang harus kita ingat juga bahwa kita juga penting untuk belajar dari orang-orang yang sudah experienced.
Di RevoU ini enaknya kita belajar dari senior yang sudah berpengalaman. Nah dari sana kita sering diskusi nih, kita menemukan masalah seperti apa nah kita diskusi, untuk menghadapi sehari-sehari baiknya seperti ini.
Yenny: Ada banyak orang yang bisa otodidak. Namun mungkin akan membutuhkan lebih banyak waktu untuk sukses. Selain itu, networking adalah keterampilan penting di tech sales. Dengan mengikuti kursus, kamu bisa membangun networking dengan mudah dan efisien.
Setelah menanggapi 7 stigma tersebut, tim RevoU juga tanya 2 hal lainnya.
Pernah gak diremehin karena kerja di tech sales?
Ali: Pernah, dan itu sering banget. Sebagai tech sales kita reach out orang banyak, kita pasti ngadepin rejection, terutama tech sales yang hubungin C level, baik kalau kita kirim pesan langsung atau cold call respons mereka pertama biasa, I don't talk to sales people, padahal kita belum tawarin apa-apa. Kalau begitu sih move on aja, ke klien berikutnya.
Bakti: Pernah sih sebenernya, cuman yaudah, mental aja. Karena gue tau gue pengen di sini, gue tau apa yg gue dapat setelah menjadi salesperson. Ini align dengan tujuan gue. Tidak dipedulikan.
Della: Pernah, dan yang meremehkan justru diri sendiri. Dulu waktu mulai kerja, ada sisi pride yang “ngapain sih cuman jualan doang? Udah kuliah susah-susah”. Tapi setelah diskusi dengan senior-senior, aku malah menemukan disini kita ini untuk membantu orang mengatasi kemungkinan masalah yang bisa mereka hadapi, dan itu menyenangkan menurutku pada akhirnya.
Yenny: Sebagai tech sales, tentu tidak. Industri teknologi saat ini adalah industri yang paling mahal dan berkembang. Banyak orang ingin bergabung namun belum mendapatkan kesempatan. Jadi alih-alih dipandang rendah, banyak orang justru ingin di posisimu.
Satu kalimat tentang profesi kamu sebagai Tech Sales? :-)
Ali: Being tech sales is fun!!
Bakti: Not for everyone, but if it is, it's your best deal.
Della: It's fun and fulfilling! :-)
Yenny:
Demikian Expert Roundup RevoU kali ini. Kamu juga bisa tonton hasilnya di YouTube!
RevoU - The Journal Newsletter
Join the newsletter to receive the latest updates in your inbox.